Tips Hubungan Langgeng sampai Menikah

Memiliki hubungan percintaan yang langgeng tentunya menjadi keinginan para pasangan, apalagi jika sampai menikah.

Biasanya para pasangan menjalin kasih tujuannya untuk dapat hidup bersama yang lebih lama. Namun untuk mencapai hal tersebut, seringkali ditemui berbagai rintangan dan Anda mungkin perlu mengetahui bagaimana tips hubungan langgeng sampai menikah.

Setiap hubungan memiliki jalan dan rintangannya masing-masing. Bahkan, kita sendiri belum tahu kedepannya akan seperti apa. Oleh sebab itu, diperlukan sebuah komitmen keduanya agar bisa mencapai tujuan bersama.

Lalu, bagaimana agar tetap bisa bersama dan mencapai tujuan hingga menikah? Nah, berikut ini ada tips hubungan langgeng sampai menikah yang bisa Anda praktikkan. Simak artikel ini sampai selesai!

Tips Hubungan Langgeng sampai Menikah

1. Percaya Satu Sama Lain

Tips hubungan yang langgeng agar bisa sampai menikah yang pertama adalah harus saling percaya satu sama lain.

Rasa percaya membentuk komitmen yang tidak dapat dilepaskan begitu saja. Oleh sebab itu, percaya artinya bisa menjaga komitmen bukan hanya sekadar janji yang diucapkan saja.

2, Jangan Terlalu Posesif

Saling percaya satu sama lain dan jangan terlalu posesif sebenarnya masih satu hal yang terikat. Dengan kita percaya, selalu menghargai kegiatan pasangan, percaya dengan lingkunganya, maka hubungan akan langgeng.

Jika kita bertindak terlalu posesif baik itu dengan pertemanan atau kegiatan pasangan, hanya akan membuat keributan dalam hubungan.

3. Menepati Janji

Hubungan yang langgeng juga bisa terjadi melalui bagaimana pasangan saling menepati setiap janji yang dibuat.

Hubungan yang baik adalah ketika keduanya bukan pembohong atau hanya sekadar diucapkan dengan kata-kata yang manis tetapi tidak pernah dilakukan. Apabila Anda ragu untuk menjanjikan sesuatu sebaiknya jangan dipaksakan, daripada harus mengingkarinya.

4. Memberikan Apresiasi

Pernahkan Anda sebelumnya mengapresiasi pasangan? Ternyata foodvalleyonline.com ini juga menjadi salah satu tips hubungan yang langgeng.

Hal ini bisa dilakukan seperti mengucapkan selamat atas pencapaian yang diraihnya baik itu dalam lingkungan kerja, atau kegiatan lainnya.

Dengan hal positif seperti ini menjadi sebuah kebahagiaan sendiri dan memotivasi keduanya agar selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik.

5. Luangkan Waktu Bersama

Meluangkan waktu bersama juga menjadi salah satu tips hubungan yang langgeng sampai menikah. Pasalnya, bagi pasangan yang keduanya bekerja tentunya akan sulit untuk menemukan waktu yang tepat untuk menghabiskan waktu bersama.

Namun, sebaiknya usahakan satu waktu untuk jalan-jalan, bercerita satu sama lain, makan bersama, dan kegiatan bersama lainnya. Hal kecil seperti ini dapat mempererat hubungan Anda dan bisa mengenal lebih jauh satu sama lain.

6. Buatlah Hubungan yang Menyenangkan

Iklan

Dalam suatu hubungan sebaiknya selipkan humor agar tidak terlalu serius. Maksudnya adalah ada kondisi di mana Anda harus serius dengan pasangan, namun ada waktu juga untuk bercanda bersama, tertawa bersama dengan guyonan atau candaan ringan. Cara ini dapat menambah kedekatan Anda dengan pasangan agar lebih kompak dan harmonis.

7. Komunikasi yang Baik

Tips hubungan langgeng hingga menikah selanjutnya adalah komunikasi yang baik. Sesibuk apapun Anda dengan pekerjaan, cobalah untuk sesekali mengabari pasangan.

Dengan komunikasi ini, maka akan meminimalisir rasa curiga atau salah paham. Komunikasi tidak hanya sekadar mengabari, namun ketika ada masalah apapun coba untuk bercerita agar bisa terselesaikan.

8. Bijak dalam Menghadapi Konflik

Dalam suatu hubungan, di hadapi konflik itu sepertinya akan terus ada. Namun untuk menyelesaikannya, pasangan memiliki caranya masing-masing. Hal yang perlu di perhatikan ketika berusaha menghadapi konflik adalah jangan terlalu di abaikan atau membiarkan konflik tersebut dalam waktu yang lama.

Bicaralah secara baik-baik, lalu minta maaf apabila salah satu merasa salah. Jangan meninggikan ego, cobalah untuk lebih tenang.

9. Hargai Waktu Bersama

Saat Anda bersama dengan pasangan, usahakan untuk tidak fokus pada hal-hal lainnya, seperti gadget.

Jika Anda sadar bahwa meluangkan waktu untuk pasangan sangat sulit, maka hargai ketika sedang bertemu dengannya.

Tanya pasangan dengan kegiatan sehari-hari, apa yang akan di capai pada minggu atau bulan tersebut, dan lain-lain. Ini menjadi salah satu tips hubungan yang langgeng yang bisa Anda terapkan.

10. Hindari Rasa Bosan dengan Pasangan

Tips hubungan yang langgeng terakhir adalah usahakan untuk menjauhkan rasa bosan dengan pasangan. Ada kalanya rasa bosan akan muncul, namun jangan terlalu larut.

Anda bisa mencoba berbagai hal yang belum pernah di lakukan bersama pasangan. Lakukan kegiatan yang bisa mempererat hubungan, bisa juga dengan travelling dan kegiatan lainnya.

Nah, itulah tips hubungan yang langgeng sampai menikah. Bagaimana? Setelah di baca memang sepertinya mudah di lakukan. Namun, ketika benar-benar di lakukan rasanya tidak semudah itu, Anda perlu kesabaran dan komitmen yang besar agar benar-benar dapat mempertahankan hubungan tersebut. Semoga bermanfaat!

Cara untuk Mengendalikan Emosi Terhadap Pasangan

Istimewa

Memulai berhubungan dengan seseorang tandanya Anda harus siap saling menerima segala kelebihan dan kekurangannya. Namun, tidak jarang seseorang mudah marah dan kecewa pada sikap pasangannya. Lalu, apa sih yang menjadi penyebabnya, dan bagaimana ya, cara mengendalikan emosi terhadap pasangan?

Kenapa ada yang mudah marah dan emosi pada pasangan?

Menurut sebuah artikel yang dimuat di https://www.skynailsredmond.com/, dalam sebuah hubungan, emosi sering kali timbul sebagai reaksi karena Anda tidak mendapatkan apa yang diinginkan atau harapkan dari pasangan. Hal ini bisa berupa apa saja, baik kebutuhan fisik, emosional, atau hal lainnya.

Akan tetapi, menumpuknya rasa amarah dan emosi hingga akhirnya memuncak biasanya diawali dengan adanya denial atau menolak mengakui fakta yang terjadi dalam hubungan.

Misalnya, Anda menolak mengakui bahwa apa yang dilakukan oleh pasangan membuat Anda kecewa sehingga Anda membiarkan perasaan kecewa tersebut terpendam di dalam diri Anda untuk waktu yang lama. Dengan begitu, Anda menolak untuk menghadapi perasaan Anda dan mengakui kebutuhan Anda dari pasangan.

Hal ini biasanya dilakukan dengan harapan bahwa tanpa perlu disampaikan, pasangan akan memahami apa yang Anda rasakan. Anda berharap pasangan lebih peka terhadap perasaan yang Anda miliki, di saat Anda sendiri tidak mau mengakuinya.

1. Menerima dan memahami perasaan Anda

Sebelum menyampaikan perasaan Anda terhadap pasangan, Anda harus memahami terlebih dahulu apa yang Anda rasakan. Apakah benar bahwa perasaan kecewa yang Anda miliki itu berasal dari pasangan? Atau justru perasaan tersebut timbul atas harapan yang Anda miliki terhadap pasangan?

Daripada marah-marah, sebaiknya cobalah untuk mengendalikan emosi terhadap pasangan dengan cara membicarakan apa yang Anda rasakan. Cari waktu yang tepat untuk membicarakannya. Hal ini seperti ini paling nyaman jika dibicarakan saat Anda dan pasangan sedang dalam suasana hati yang baik.

2. Gunakan bahasa yang baik

Sampaikan perasaan Anda dengan lugas, tetapi dengan bahasa yang baik dan enak didengar. Salah satu cara yang bisa Anda lakukan untuk mengendalikan emosi terhadap pasangan adalah tidak menggunakan kalimat yang memojokkan atau menuduh pasangan.

Misalnya, jika Anda merasa kecewa atau kesal dengan suatu hal yang dilakukan oleh pasangan Anda. Sampaikan perasaan tersebut dengan menunjukkan bahwa Anda kesal terhadap hal tersebut, bukan terhadap pasangan Anda. Ungkapkan bahwa jika hal tersebut tidak terjadi, Anda akan merasa jauh lebih baik.

3. Beri jeda waktu

Saat Anda sudah mulai merasa kesal, beri jeda waktu pada diri Anda sendiri sebelum mengungkapkan apa yang Anda rasakan terhadap pasangan. Hal ini sangat membantu dalam mengendalikan emosi yang Anda rasakan terhadap pasangan. Hindari berbicara dalam kondisi hati sedang ‘panas’ terbakar emosi.

Mengapa hal tersebut harus dihindari? Sebab saat sedang marah, Anda mungkin saja mengungkapkan kata-kata kasar atau kalimat jahat yang sebenarnya tidak ingin Anda katakan. Oleh karena itu, daripada Anda menyesali kata yang terlanjur keluar dari mulut Anda, sebaiknya beri jeda waktu, tarik nafas yang panjang, dan jernihkan pikiran terlebih dahulu.

4. Dengarkan pasangan dengan baik

Tidak hanya menyampaikan apa yang Anda rasakan, dalam berdiskusi untuk mengendalikan emosi dan amarah terhadap pasangan, Anda juga harus turut mendengarkan apa yang ingin disampaikan oleh pasangan Anda.

Saat mendengarkan, Anda harus berusaha mencerna dengan baik apa yang disampaikannya, serta ikut memahami pula apa yang dirasakannya. Hindari mencari-cari kesalahan atas apa yang dikatakan pasangan Anda, karena hubungan itu tidak hanya terpusat pada diri Anda, tetapi juga pada pasangan Anda. Sehingga, akan lebih baik jika terjadi komunikasi dua arah di dalamnya.

5. Jaga hubungan secara fisik dengan pasangan

Salah satu cara ampuh mengendalikan emosi dengan pasangan juga dapat dilakukan dengan terkoneksi secara fisik. Jika sedang marah atau kesal, cobalah untuk memeluknya atau menyentuhnya, karena hal itu mungkin akan membantu meredakan amarah yang Anda miliki.

Hal ini juga berlaku pada aktivitas seksual bersama dengan pasangan. Umumnya, laki-laki merasa hubungan seks adalah bentuk dari penyelesaian masalah yang dimilikinya. Sehingga laki-laki bisa meredakan amarahnya dengan melakukan hubungan seksual dengan pasangan.

Pentingnya Kedekatan Emosional Antara Anak dan Ibu

Pentingnya Kedekatan Emosional

Tahukah Anda, bahwa kebutuhan dasar psikologis seorang anak adalah memiliki kedekatan dan hubungan yang hangat dengan figur ibu, terutama saat bayi hingga masa kanak-kanak berakhir (usia 12 tahun).

Ketika anak merasa tidak nyaman; sakit, lapar, lelah, takut, marah, sedih, khawatir, atau kecewa, bagaimana cara seorang ibu merespon sangatlah penting. Apakah dengan cara-cara yang mendukung kedekatan emosional seperti; mengajak bicara baik-baik, bersikap hangat dan lembut, menenangkan, menghibur, membelai, memeluk, memberikan pilihan, perhatian, kasih sayang, dan rasa aman? Atau bahkan Ibu merespon dengan cara sebaliknya seperti berbicara dengan nada yang tinggi, kasar, ketus, dingin, tidak menanggapi, atau mungkin melakukan tindakan kekerasan secara verbal maupun fisik.

www.tobelochocolate.com

Semua ini memberi suatu wawasan dan pemahaman kepada anak tentang bagaimana respon yang tepat untuk mengatasi tekanan di kemudian hari. Ini menjadi pondasi dasar dari kemampuan seseorang dalam bertahan, menghadapi, dan mengatasi stress. Pengalaman awal seorang anak dengan ibu atau figur pengganti ibu akan memengaruhi kemampuannya dalam mengatasi situasi penuh tekanan di masa perkembangan berikutnya.

Apabila sikap ibu dingin, sedikit bicara, mudah marah, tidak punya waktu, terlalu keras, otoriter, atau bahkan tidak mampu memberikan perlindungan dan rasa aman kepada anak, maka yang terjadi adalah anak kurang mendapatkan bekal keterampilan untuk mengatasi tekanan. Anak menjadi rentan terhadap stress dan kecemasan.

Maka, bagi para ibu, berikanlah waktu, energi, serta tunjukan cintamu kepada anak melalui kata-kata, sikap, dan perbuatan. Interaksi dua arah yang positif, intens, dan berkualitas akan membangun kedekatan emosional anak dengan ibunya. Anak mendapatkan ketenangan, rasa aman, serta pengetahuan yang berguna sehingga ia mampu mengatasi dan mengelola berbagai tekanan di kemudian hari.

Untuk para ibu, berikut adalah tips untuk membangun kedekatan emosional dengan anak:

– Berdamailah dengan pengalaman hidup dan juga masalah saat ini, sehingga ruang kesabaran menjadi lebih luas

Belajarlah mengelola emosi lebih baik agar diri dapat tetap bersikap tenang, terkendali, dan mampu temukan cara yang efektif dalam mendampingi ananda

Luangkan waktu untuk bermain atau menghabiskan waktu Bersama anak minimal 1 jam/hari

Bangunlah komunikasi positif dua arah bersama ananda, sehingga tidak hanya pertanyaan rutin, instruksi, serta nasehat yang kerap ia dengar saat sedang bersama

– Dengarkan pula cerita dan keluh kesahnya tanpa menggunakan kata-kata yang menghakimi, sehingga ia dapat memercayai dan menjadikan ibu sebagai teman baiknya

Ucapkan kata-kata yang menunjukkan rasa sayang dan bagaimana bangganya ibu kepadanya. Berikan ia pelukan. Semuanya sesering ibu bisa.

Pahami apa kebutuhannya, sesuaikan ekspektasi terhadapnya, dan hargai hasil usahanya.

Berbaik hati lah pada diri sendiri. Izinkan diri terus belajar, mencoba, dan gagal, mencoba lagi, dan terus berproses menjadi seorang ibu dan pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya.

Jangan pernah menyepelekan waktu bersama anak. Sebisa mungkin manfaatkan waktu yang ada dan selalu bermain dengannya, karena tanpa disadari, waktu berjalan begitu cepat dan anak tumbuh dengan pesat menjadi remaja dan dewasa.

Tanda Hubungan Seorang Ibu dengan Anaknya Tidak Sehat

Tanda Hubungan Seorang

Jangan sepelekan masa remaja anak Anda. Bila dibiarkan berlalu begitu saja, berbagai masalah yang terjadi pada remaja bisa memengaruhi kehidupannya hingga dewasa. Agar dapat melewati masa ini dengan baik, orangtua perlu memahami apa saja permasalahan yang bisa terjadi pada remaja dan mencari tahu solusinya.

Berbagai masalah yang umum terjadi pada remaja

Berbagai perubahan dan tekanan dari dalam dan luar umum terjadi saat memasuki masa remaja. Namun, pada masa ini, anak masih belajar menghadapi berbagai situasi dan masalah.

Perkembangan otak anak remaja pun masih berproses dan belum sepenuhnya matang. Inilah yang membuat remaja sering kali salah membuat keputusan dan kurang tepat dalam bertindak.

Karena faktor tersebut, berbagai masalah bisa terjadi pada remaja. Nah, peran Anda sebagai orangtua adalah mengenali masalah ini serta bagaimana menghadapi dan mencari solusinya.

Apa saja masalah yang dimaksud? Agar lebih paham, berikut adalah berbagai permasalahan yang umum terjadi pada remaja.

1. Masalah fisik atau penampilan

 

Perubahan fisik saat masa remaja terjadi seiring dengan dilepasnya hormon seks oleh testis pada anak laki-laki atau ovarium pada anak perempuan.

Pelepasan hormon ini sering menyebabkan kulit anak berjerawat dan ia mulai mengalami bau badan. Bukan cuma itu, nafsu makan remaja pun meningkat dan badannya bertambah berat.

Perubahan fisik ini membuat beberapa remaja mengalami masalah dengan kepercayaan dan harga dirinya.

Hal ini membuatnya cenderung menjauhi lingkungan sosial atau bahkan melakukan hal-hal yang kurang tepat yang bisa memengaruhi kesehatannya.

2. Gangguan makan

Akibat tidak percaya diri dengan perubahan tubuhnya, remaja bisa mengalami masalah atau gangguan makan (eating disorder), seperti anoreksia atau bulimia.

Remaja yang mengalami gangguan makan merasa takut berat badannya akan bertambah. Ini membuat ia cenderung membiarkan dirinya kelaparan atau berolahraga secara berlebihan.

Cara lain juga terkadang digunakan untuk mengeluarkan makanan dari tubuhnya, seperti menggunakan obat pencahar atau memuntahkan makanan yang sudah dimakan.

Adapun permasalahan ini bisa menyebabkan kurangnya nutrisi pada tubuh remaja hingga menimbulkan berbagai masalah kesehatan lainnya.

3. Stres dan depresi

Bukan cuma fisik, beberapa gangguan mental pada remaja juga umum terjadi. Ini bisa berupa stres, depresi, atau kecemasan.

majohoteldemar.com

Bahkan, berdasarkan data WHO, depresi merupakan salah satu penyebab penyakit dan kecacatan di kalangan remaja.

Adapun penyebab stres, depresi, dan kecemasan pada remaja beragam. Ini bisa berupa kekerasan, kemiskinan, pengucilan, stigma, atau sekadar tuntutan dari sekolah atau orangtua.

Pada kondisi yang parah, stres, depresi, dan kecemasan bisa berujung pada keinginan untuk bunuh diri yang tentu mengancam nyawanya.

4. Bullying dan cyberbullying

 

Bullying pada anak masih menjadi masalah remaja yang marak di mana saja. Ini umumnya berupa penindasan, baik secara fisik atau verbal, yang terjadi berulang dan dalam jangka waktu lama.

Hal ini sering membuat penderitanya ketakutan secara terus menerus. Ia pun mungkin merasa malu, tidak berdaya, dikucilkan, dan terintimidasi.

Depresi, kecemasan, hingga bunuh diri pun bisa terjadi. Bahkan, anak remaja yang mengalaminya bisa memilih untuk bolos atau berhenti sekolah bila mendapat bullying dari teman-teman sekolahnya.

Bukan cuma secara langsung, bullying juga bisa datang dari media sosial atau sumber online lainnya yang dikenal dengan istilah cyber bullying. 

5. Kecanduan gawai

Gadget atau gawai, termasuk smartphone, laptop, atau tablet, memang sangat membantu pekerjaan sehari-hari Anda, termasuk pada remaja. Namun, jangan sampai anak kecanduan gadget.

Saat anak kecanduan game online atau media sosial melalui gadgetnya, kegiatan belajarnya akan terganggu dan ia pun menjadi jarang berinteraksi secara langsung dengan orang lain.

Lama-kelamaan, kondisi ini bisa membuat anak lebih sering menyendiri, tidak memiliki teman, mengalami gangguan tidur, hingga berisiko mengalami masalah fokus dan mental.

6. Merokok

Kebiasaan merokok sering dimulai pada masa remaja. WHO menyebutkan bahwa setidaknya 1 dari 10 remaja berusia 13-15 tahun sudah mulai melakukan kebiasaan buruk ini.

Banyak alasan mengapa remaja mulai merokok. Beberapa di antaranya berpikir bahwa merokok terlihat keren, sedangkan yang lainnya mulai merokok karena mengikuti teman atau keluarga.

Ironisnya, sebagian besar orang yang merokok sejak remaja sulit untuk berhenti dan berujung pada kecanduan. Padahal, rokok sudah diketahui dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan.

7. Minuman keras dan obat terlarang

 

Beberapa remaja juga menghadapi permasalahan dengan minuman keras atau alkohol dan obat-obatan terlarang, seperti ganja.

Sementara minum minuman beralkohol dan penggunaan obat-obatan terlarang dapat memengaruhi sistem saraf, terutama faktor kognitifnya.

Hal ini bisa menimbulkan masalah perilaku pada anak, seperti seks bebas dan kekerasan, serta gangguan emosional, sosial, dan akademik, hingga berisiko pada kecelakaan dan kematian dini.

8. Obesitas

Beberapa remaja mengalami masalah kurang gizi karena faktor kemiskinan atau gangguan makan seperti yang disebutkan di atas.

Namun, beberapa lainnya justru mengalami kelebihan berat badan hingga berujung pada obesitas. Obesitas pada anak remaja bisa terjadi karena berbagai penyebab.

Mulai dari faktor genetik hingga gaya hidup yang buruk, seperti mengonsumsi makanan berlemak secara berlebihan dan kurangnya aktivitas fisik.

9. Masalah percintaan

Memasuki masa remaja, anak Anda umumnya mulai menunjukkan ketertarikannya dengan lawan jenis atau bahkan sudah mencoba untuk menjalin hubungan asmara.

Nah, sebenarnya, hubungan asmara merupakan salah satu bagian dari tonggak perkembangan remaja. Meski begitu, percintaan juga bisa menjadi salah satu sumber dari masalah remaja.

Misalnya, ketika putus hubungan asmara atau mendapat penolakan dari orang yang disukai. Bahkan, beberapa di antaranya juga mulai mencoba aktivitas seksual karena merasa penasaran.

10. Masalah akademis

 

Permasalahan remaja yang satu ini sangat umum terjadi. Mulai dari hal kecil, seperti menyontek atau mendapat nilai yang buruk, hingga yang lebih serius seperti penindasan dari teman.

Permasalahannya, tidak semua anak ingin membicarakan masalah akademisnya dengan orangtua. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk mengenali tanda-tandanya.

Misalnya, mencari alasan agar anak tidak masuk sekolah, tidak ingin membicarakan apapun tentang sekolah, menolak mengerjakan PR, atau tidak ingin terlibat dalam kegiatan sekolah.

Apa yang harus orangtua lakukan dalam menghadapi masalah remaja?

Jangan sepelekan permasalahan remaja yang muncul dan Anda perlu segera cari solusinya.

Untuk mempermudah, lakukan langkah berikut guna mencegah dan menghadapi masalah remaja.

  • Kenali tanda-tanda masalah pada remaja, seperti perubahan pola tidur, kebiasaan makan, atau aktivitas, kecenderungan untuk menyendiri, atau menurunnya prestasi akademik.
  • Mencoba memahami pemikiran dan perasaan remaja. Jangan menghakimi atau mengkritik pikiran dan perasaannya.
  • Berikan pengetahuan untuk mengatasi rasa ingin tahu anak, seperti pendidikan seks untuk anak, dunia maya, atau dampak merokok, mengonsumsi alkohol, dan menggunakan obat-obatan terlarang.
  • Batasi dan beri aturan mengenai penggunaan gadget dan internet secara jelas.
  • Menghargai pendapat atau keputusannya untuk meningkatkan kepercayaan diri anak remaja.
  • Jalin komunikasi dengan anak remaja untuk membangun hubungan yang baik dan nyaman. Bersikap terbuka dan bebas untuk membicarakan hal-hal yang dianggap tabu, seperti seks, hubungan asmara, atau narkoba.
  • Menerima dan mempercayai anak remaja Anda. Jangan memata-matai, meragukan pendapatnya, atau bertanya kepada teman-temannya yang bisa merusak hubungan.
  • Cari bantuan ahli jika perlu, seperti psikolog atau psikiater, jika mengalami masalah mental.
  • Menjadi contoh yang baik untuk anak remaja Anda.

Sebagai orangtua, sebaiknya lebih peka dan peduli terhadap permasalahan yang terjadi pada anak, khususnya di masa transisi dari anak-anak menuju dewasa.

Coba untuk lebih terbuka sehingga anak remaja Anda pun tidak segan bercerita maupun menyampaikan keluh kesahnya kepada Anda.

Tips Membuat Pasangan Kamu Semakin Bucin

Istimewa

Bucin adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang sangat mencintai pasangannya dengan cara yang manis dan romantis. Tak perlu malu dengan gelar bucin, karena cinta yang tulus dan penuh perhatian dapat memperkuat hubungan kalian.

Dengan menerapkan tips-tips sederhana ini, kamu bisa memastikan bahwa pasanganmu semakin terpesona oleh kamu dan merasa lebih dicintai. So, simak artikel ini sampai selesai untuk menjadikan pasanganmu semakin bucin!

1. Berikan perhatian ekstra

Salah satu tips yang sangat efektif dalam membuat pasanganmu semakin bucin adalah dengan memberikan perhatian ekstra. Mengapa perhatian ekstra begitu penting? Karena dengan memberikan perhatian ekstra, kamu menunjukkan kepada pasanganmu bahwa mereka sangat berarti bagimu.

Kamu memperhatikan kebutuhan dan keinginan mereka, dan kamu peduli dengan perasaan dan emosi mereka. Dengan memberikan perhatian ekstra, kamu memberikan rasa kenyamanan dan kehangatan yang membuat pasanganmu merasa dicintai dan dihargai.

2. Komunikasi yang jujur dan terbuka

Komunikasi yang jujur dan terbuka mencerminkan kepercayaan dan ketulusan antara pasangan. Ketika kamu dapat berbicara dengan jujur tentang perasaan, harapan, dan kekhawatiranmu, pasanganmu akan merasa dihargai dan dipercaya. Mereka akan merasakan keamanan dalam hubungan dan merasa bahwa mereka dapat mengandalkanmu dalam setiap situasi.

Selain itu, komunikasi yang terbuka juga membantu memperbaiki kesalahpahaman dan menghindari pertentangan yang tidak perlu. Dengan saling mendengarkan dan berbicara secara terbuka, kalian dapat menyelesaikan masalah dengan lebih baik dan menciptakan hubungan yang lebih kuat dan bucin tentunya.

3. Perbanyak quality time

Saat kamu fokus sepenuhnya pada pasanganmu tanpa gangguan atau distraksi, kamu menciptakan ikatan emosional yang kuat antara kalian berdua. Dalam quality time, kalian dapat berbagi cerita, tertawa bersama, mengenal lebih dalam satu sama lain, dan menciptakan kenangan yang tak terlupakan. Hal ini juga memungkinkan kamu dan pasanganmu untuk saling merawat dan memberikan perhatian penuh satu sama lain.

Dengan meluangkan waktu berkualitas, kamu membangun fondasi yang kokoh untuk keintiman dan kedekatan emosional dalam hubungan kalian. Pasanganmu akan merasa diutamakan, dicintai, dan diperhatikan dengan penuh kasih sayang.

4. Berikan pujian

Memberikan pujian kepada pasanganmu merupakan salah satu tips yang efektif untuk membuat mereka semakin bucin. Pujian memiliki kekuatan untuk meningkatkan rasa percaya diri dan membangkitkan perasaan positif pada pasanganmu. Saat kamu mengungkapkan apresiasi dan penghargaan terhadap pasanganmu, mereka akan merasa dihargai dan dilihat nilainya.

Pujian yang tulus juga mencerminkan perhatian dan perhatianmu terhadap pasanganmu. Hal ini membantu memperkuat ikatan emosional antara kalian berdua dan menciptakan rasa saling ketergantungan yang sehat.

5. Memperhatikan detail-detail kecil

Dengan mengingat tanggal-tanggal penting seperti ulang tahun atau anniversary, kamu menunjukkan bahwa hubunganmu berarti banyak bagimu. Selain itu, mengenali minat dan hobi pasanganmu menunjukkan bahwa kamu ingin memahami mereka secara mendalam dan mendukung kehidupan mereka di luar hubungan.

Ketika kamu hadir dalam momen-momen spesial dalam hidup mereka, seperti mendukung mereka dalam pencapaian atau memberikan dukungan saat mereka menghadapi tantangan, hal itu membuat pasanganmu merasa dihargai, didukung, dan dicintai.

sevendaystore.com

Cara Ampuh Mengatasi Feeling Lonely dalam Hubungan Pasangan

Istimewa

Perasaan kesepian atau feeling lonely dalam hubungan bisa dialami oleh siapa saja, bahkan oleh pasangan yang sudah lama bersama.

Secara detail feeling lonely merupakan sesuatu perasaan dimana dia berasa kesepian meskipun mempunyai pasangan.

Ketika feeling lonely ini tidak ditangani dengan baik, bisa mengancam keharmonisan hubungan pasangan yang telah dibangun. casino88 online

Oleh karena itu, penting untuk pasangan mengetahui cara mengatasi feeling lonely dalam hubungan.

Berikut adalah 5 cara ampuh mengatasi feeling lonely dalam hubungan:

1. Komunikasi yang jujur dan terbuka

Salah satu alasan utama mengapa seseorang merasa kesepian atau feeling lonely dalam hubungan adalah karena kurangnya komunikasi yang jujur dan terbuka.

Ketika kamu merasa kesepian, jangan biarkan perasaan tersebut terpendam. Bicarakan perasaan kamu dengan pasangan secara jujur dan terbuka.

Beritahu pasanganmu apa yang kamu butuhkan dari hubungan ini.

Dengan begitu, pasangan dapat memahami dan memberikan dukungan yang kamu butuhkan.

2. Temukan hobi yang sama

Menemukan hobi yang sama bisa menjadi cara yang efektif untuk mengatasi feeling lonely dalam hubungan.

Cobalah untuk menemukan kegiatan yang dapat dilakukan bersama, seperti olahraga, seni, atau perjalanan.

Dengan cara ini, kamu dan pasangan akan memiliki waktu bersama yang menyenangkan, sambil mempererat ikatan emosional.

3. Beri ruang untuk diri sendiri

Terlalu banyak menghabiskan waktu bersama bisa membuat kamu merasa terkekang dan kurang memiliki waktu untuk diri sendiri.

Cobalah memberi diri sendiri waktu untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan tanpa pasangan.

Misalnya, berolahraga, membaca buku, atau menonton film kesukaan. Dengan begitu, kamu dapat mengembalikan energi positif dan mengurangi feeling lonely dalam hubungan.

4. Pertahankan hubungan sosial

Terlalu fokus pada pasangan bisa membuat hubungan sosial terabaikan.

Cobalah untuk menjalin hubungan sosial yang sehat dengan teman dan keluarga.

Hal ini tentu dapat membantu memperkuat jaringan sosial, serta mengurangi feeling lonely dalam hubungan.

Ketika pasangan yang saling mendukung dapat membantu dalam membangun kepercayaan dan kebahagiaan yang saling terkait.

5. Jangan takut untuk mencari bantuan

Terakhir, jangan takut untuk mencari bantuan ketika kamu merasa kesulitan mengatasi feeling lonely dalam hubungan.

Terapis dapat membantu kamu untuk mengeksplorasi perasaan dan memberikan saran yang tepat untuk mengatasi perasaan tersebut.

Bantuan dari profesional juga bisa membantu meningkatkan keterampilan komunikasi dan menemukan solusi yang tepat untuk meningkatkan hubungan kamu.

Untuk mengatasi feeling lonely dalam hubungan, yang terpenting adalah terus berkomunikasi dengan pasangan dan membuka diri untuk menemukan solusi bersama.

Ingat selalu ada cara untuk memperbaiki dan meningkatkan hubungan kamu, asalkan berkomitmen untuk bekerja sama dengan pasangan untuk mencapai tujuan yang sama.

6 Different Types of Relationships You May Find Yourself In

judi bola online

Interpersonal relationships make up a huge and vital part of your life. These relationships can range from close and intimate to distant and challenging. No matter the nature of the relationship, different types of relationships help make up the social support network that is pivotal for both your physical and mental well-being.

To better understand and discuss these relationships accurately, it can be helpful to learn more about the different types of relationships that a person can have.

What Is a Relationship?

A relationship is any connection between two people, which can be either positive or negative.

You can have a relationship with a wide range of people, including family and friends. The phrase “being in a relationship,” while often linked with romantic relationships, can refer to various associations one person has with another.

To “be in a relationship” doesn’t always mean there is physical intimacy, emotional attachment, and/or commitment involved. People engage in many different types of relationships that have unique characteristics.

Relationships typically fall into one of several different categories (although these can sometimes overlap):

  • Family relationships
  • Friendships
  • Acquaintances
  • Romantic relationships
  • Sexual relationships
  • Work relationships
  • Situational relationships (sometimes called “situationships”)

These different forms of relationships can vary greatly in terms of closeness, and there are also different subtypes of relationships within each of these basic types. Some of the different kinds of relationships that you might experience at some point in your life include the following.

While there are many different types of relationships, the four main types are typically identified as family relationships, romantic relationships, friendships, and acquaintanceships.

Platonic Relationships

A platonic relationship is a type of friendship that involves a close, intimate bond without sex or romance. These relationships tend to be characterized by:

  • Closeness
  • Fondness
  • Understanding
  • Respect
  • Care
  • Support
  • Honesty
  • Acceptance

Platonic relationships can occur in a wide range of settings and can involve same-sex or opposite-sex friendships. You might form a platonic relationship with a classmate or co-worker, or you might make a connection with a person in another setting such as a club, athletic activity, or volunteer organization you are involved in.

This type of relationship can play an essential role in providing social support, which is essential for your health and well-being. Research suggests that platonic friendships can help reduce your risk for disease, lower your risk for depression or anxiety, and boost your immunity.1

Platonic relationships are those that involve closeness and friendship without sex. Sometimes platonic relationships can change over time and shift into a romantic or sexual relationship.

Romantic Relationships

Romantic relationships are those characterized by feelings of love and attraction for another person. While romantic love can vary, it often involves feelings of infatuation, intimacy, and commitment.

Experts have come up with a variety of different ways to describe how people experience and express love. For example, psychologist Robert Sternberg suggests three main components of love: passion, intimacy, and decision/commitment. Romantic love, he explains, is a combination of passion and intimacy.2

Romantic relationships tend to change over time. At the start of a relationship, people typically experience stronger feelings of passion. During this initial infatuation period, the brain releases specific neurotransmitters (dopamine, oxytocin, and serotonin) that cause people to feel euphoric and “in love.”

Over time, these feelings start to lessen in their intensity. As the relationship matures, people develop deeper levels of emotional intimacy and understanding.

Romantic relationships often burn hot at the beginning. While the initial feelings of passion usually lessen in strength over time, feelings of trust, emotional intimacy, and commitment grow stronger.

Codependent Relationships

A codependent relationship is an imbalanced, dysfunctional type of relationship in which a partner has an emotional, physical, or mental reliance on the other person.

It is also common for both partners to be mutually co-dependent on each other. Both may take turns enacting the caretaker role, alternating between the caretaker and the receiver of care.

Characteristics of a codependent relationship include:

  • Acting as a giver while the other person acts as a taker
  • Going to great lengths to avoid conflict with the other person
  • Feeling like you have to ask permission to do things
  • Having to save or rescue the other person from their own actions
  • Doing things to make someone happy, even if they make you uncomfortable
  • Feeling like you don’t know who you are in the relationship
  • Elevating the other person even if they’ve done nothing to earn your goodwill and admiration

Not all codependent relationships are the same, however. They can vary in terms of severity. Codependency can impact all different types of relationships including relationships between romantic partners, parents and children, friendship, other family members, and even coworkers.

Codependent relationships are co-constructed. While one partner might seem more “needy,” the other partner might feel more comfortable being needed.

Someone who feels more comfortable being needed, for instance, may avoid focusing on their own needs by choosing a partner who constantly needs them.

Casual Relationships

Casual relationships often involve dating relationships that may include sex without expectations of monogamy or commitment. However, experts suggest that the term is vague and can mean different things to different people.

According to the authors of one study published in the Canadian Journal of Human Sexuality, casual relationships can encompass situations such as:3

  • One-night stands
  • Booty calls
  • “Sex” buddies
  • Friends with benefits

Such relationships often exist on a continuum that varies in the levels of frequency of contact, type of contact, amount of personal disclosure, discussion of the relationship, and degree of friendship. The study found that people with more sexual experience were better able to identify the definitions of these labels compared to people with less sexual experience.

Casual relationships are often common among young adults. As long as casual relationships are marked by communication and consent, they can have several sex-positive benefits. They can satisfy the need for sex, intimacy, connection, and companionship without the emotional demand and energy commitment of a more serious relationship.4

Casual relationships tend to be more common among younger adults, but people of any age can engage in this type of relationship. Consent and communication are key.

Open Relationships

An open relationship is a type of consensually non-monogamous relationship in which one or more partners have sex or relationships with other people. Both people agree to have sex with other people in an open relationship but may have certain conditions or limitations.

Open relationships can take place in any type of romantic relationship, whether casual, dating, or married.

There tends to be a stigma surrounding non-monogamous relationships. Still, research suggests that around 21% to 22% of adults will be involved in some type of open relationship at some point in their life.5

The likelihood of engaging in an open relationship also depends on gender and sexual orientation. Men reported having higher numbers of open relationships compared to women; people who identify as gay, lesbian, and bisexual relative to those who identify as heterosexual were more likely to report previous engagement in open relationships.

Such relationships can have benefits, including increased sexual freedom and pitfalls such as jealousy and emotional pain. Open relationships are more successful when couples establish personal, emotional, and sexual boundaries and clearly communicate their feelings and needs with one another.

adiwarno.com

Open relationships are a form of consensual non-monogamy. While there is a primary emotional and often physical connection between the two people in the relationship, they mutually agree to intimacy with other people outside of the relationship.

Toxic Relationships

A toxic relationship is any type of interpersonal relationship where your emotional, physical, or psychological well-being is undermined or threatened in some way. Such relationships often leave you feeling ashamed, humiliated, misunderstood, or unsupported.

Any type of relationship can be toxic including friendships, family relationships, romantic relationships, or workplace relationships.

Toxic relationships are characterized by:

  • A lack of support
  • Blaming
  • Competitiveness
  • Controlling behaviors
  • Disrespect
  • Dishonesty
  • Gaslighting
  • Hostility
  • Jealousy
  • Passive-aggressive behaviors
  • Poor communication
  • Stress

Sometimes all people in a relationship play a role in creating this toxicity. For example, you may be contributing to toxicity if you are all consistently unkind, critical, insecure, and negative.

In other cases, one person in a relationship may behave in ways that create toxic feelings. This may be intentional, but in other cases, people may not fully understand how they are affecting other people. Because of their past experiences with relationships, often in their home growing up, they may not know any other way of acting and communicating.

This doesn’t just create discontentment—toxic relationships can take a serious toll on your health. For example, according to one study, stress caused by negative relationships has a direct impact on cardiovascular health.6 Feeling isolated and misunderstood in a relationship can also lead to loneliness, which has been shown to have detrimental effects on both physical and mental health.

Toxic relationships can be stressful, harmful, and even abusive. If you are in a toxic relationship with someone in your life, work on creating strong boundaries to protect yourself. Talk to a mental health professional or consider terminating the relationship if it is causing you harm.

Defining Your Relationship

How you define your relationship depends on various factors, including what matters to you and how the other person feels. To define your relationship, it can be helpful to ask a few questions:

  • Do you have romantic feelings for one another?
  • What does each person hope to get out of the relationship?
  • How much time do you want to spend together?
  • Where do you see the relationship going?
  • Are you currently involved with or want to be involved with other people?

Figuring out what matters to you and your partner is an important step in defining the type of relationship you are interested in having. You might find that you are both on the same page or discover that you want different things out of your relationship.

Defining your relationship doesn’t have to mean committing for the long-term. Instead, it can be a way to help you both better understand the boundaries and expectations of your relationship.

How to Keep Your Relationship Healthy

Regardless of how you define your relationship, there are important steps you can take to ensure that your connection is healthy. Strategies that can help include:

  • Showing appreciation and gratitude
  • Communicating openly and honestly
  • Being affectionate and showing that you care
  • Mutual respect
  • Actively listening
  • Showing interest in each other
  • Being supportive and encouraging
  • Feeling empathy for each other
  • Spending time together
  • Having healthy boundaries
  • Being trustworthy

Communication is often the single most important thing in a relationship.7 Good relationships are also marked by honesty, trust, and reciprocity. This doesn’t mean that the relationship is purely transactional; it indicates that you naturally engage in a give and take that provides mutually beneficial support.

A Word From Verywell

No matter what type of relationship you have with another person(s), it is important for it to be a healthy one. Healthy relationships are characterized by trust, mutual respect, openness, honesty, and affection. Good communication is also a hallmark of a healthy relationship.

There are steps that you can take to improve your relationships with other people. Making sure you let others know you care and showing your appreciation are two strategies that can be helpful.

But if a relationship is causing stress or shows signs of being toxic, look for ways to establish clear boundaries, talk to a therapist, or even consider ending the relationship if it is too unhealthy.

Social relationships are important and they come in all different types. Having a variety of relationships with different people can ensure that you have the support and connections you need for your emotional health and well-being.

Cara Menolak Pacaran Secara Halus dan Sopan, Tanpa Bikin Sakit Hati

Istimewa

Penolakan kadang terasa menyakitkan bagi sebagian orang, terutama penolakan pekerjaan dan penolakan cinta.

Penolakan cinta yang ditolak secara mentah-mentah tentunya akan menyakiti hati seseorang dan kadang membuatnya sampai menyimpan dendam.

Jika kamu pernah mendapatkan pernyataan cinta dari seseorang tapi kamu tidak menyukainya, kamu harus menolaknya secara baik-baik untuk meminimalisir terjadinya konflik.

Sayangnya, tidak semua orang tahu bagaimana caranya menolak pernyataan cinta dari seseorang karena takut menyakiti atau justru takut disangka memberikan harapan lebih.

Untuk itu, berikut adalah nova88 beberapa cara ampuh untuk menolak perasaan cinta dari seseorang tanpa menyakiti hati si dia.

5 Cara Menolak Ajakan Pacaran Secara Sopan

1. Tetap Tenang dan Hadapi dengan Berani

Jangan pernah takut atau bahkan terus menerus menghindari orang yang ingin kamu tolak perasaannya.

Cobalah tenang dan siapkan mental untuk memilih kata-kata atau kalimat yang tepat untuk menolak cintanya.

Terlalu lama menunda jawaban akan membuatmu merasa terbebani, dan pastinya membuat si dia juga bertanya-tanya.

Menghadapinya dengan berani dan memberikannya kepastian jauh lebih baik daripada kamu harus menggantungkan perasaannya dalam status yang tidak jelas.

2. Berikan Apresiasi Kepadanya

Meski tidak bisa menerima cintanya, kamu mungkin bisa sedikit memberikan apresiasi terhadap perasaannya.

Saat memberikan jawaban penolakan, ucapkan terima kasih dan katakan kalau kamu sangat menghargai perasaan atau keberaniannya dalam menyatakan cinta.

Cara yang satu ini akan membuatnya merasa dihargai, tapi kalau dia masih memaksa, kamu bisa langsung bersikap tegas dan tinggalkan dia saat itu juga.

3. Terima Kenyataan Kalau Kamu Memang Akan Menyakiti Hatinya

Dia mungkin merasa marah dan tidak peduli pada apapun yang akan kamu ucapkan setelah penolakan cinta tersebut.

Tapi tidak perlu takut atau merasa bersalah, hal ini sangat wajar terjadi karena mereka mungkin membutuhkan penyesuaian baru.

Kamu juga harus sadar kalau kalimat penolakan pada akhirnya akan tetap melukai hatinya, walaupun kamu menolak dengan kalimat sehalus apapun.

4. Jangan Memberi Harapan Palsu

Jika kamu tidak menyukainya, hindari memberinya harapan palsu karena si dia akan terus mengharapkan cinta darimu.

Menggantungkan perasaan seseorang dalam waktu yang lama juga akan membuatnya susah untuk move on.

Jadi, katakan apapun yang kamu rasakan tentangnya tanpa perlu menunggu waktu lama, sebab sekali ia merasa dipermainkan, ia akan terus menyimpan rasa sakit hati untuk waktu yang lama.

5. Tetap Berteman

Jika ia bisa memahami keputusanmu, maka tidak ada salahnya kalau kalian tetap berteman baik.

Sangat wajar saat ia merasa kecewa, jadi cobalah untuk memberikan ruang terlebih dahulu untuk bisa memulihkan perasaannya.

Kamu bisa katakan kalau kamu dan dia tetap bisa berteman baik, cara ini dipercaya ampuh untuk mengobati rasa kecewanya sedikit demi sedikit.

Tips Menjaga Hubungan Langgeng pas Menikah Hingga Tua

Istimewa

Bahagia dan menua bersama pasangan tak datang begitu saja, harus diperjuangkan dengan saling jaga perhatian, kasih sayang, dan komunikasi”

Melihat pasangan yang setia sampai tua, terkadang muncul pertanyaan di benak, apa tips menjaga hubungan sampai langgeng itu? Padahal menjaga hubungan itu tidaklah gampang, bahkan saat ini ada banyak sekali hubungan yang pupus di tengah jalan.

Berdasarkan survey Katadata pada tahun 2022, terdapat sebanyak 516.334 angka perceraian. Nilai tersebut ternyata lebih tinggi sebesar 15% daripada tahun 2021. Adanya tren kenaikan angka perceraian tentunya memunculkan ketakutan tersendiri untuk menjalin hubungan. https://www.citygardensapts.com/

Namun, tahukah kamu, dibalik angka perceraian tersebut, banyak juga keluarga yang harmonis bahkan romantis hingga tua. Langgengnya hubungan tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya komunikasi.

Apabila kamu sedang dalam tahap membangun hubungan, coba yuk simak tips berikut, agar hubunganmu makin langgeng hingga tua nanti.

1. Membiasakan Terbuka dengan Pasangan

Komunikasi adalah salah satu kunci hubungan langgeng dan sehat. Melalui komunikasi, semua bentuk unek-unek yang ada di pikiran bisa tersalurkan dengan baik dan tumbuh saling pengertian dengan pasangan.

Berdasarkan Jurnal, sebanyak 35% kasus perceraian yang terjadi karena masalah komunikasi. Bentuknya bisa beragam, seperti adanya rasa tidak dihargai oleh salah satu pasangan, merasa pasangan tidak pernah mendengarkan keluh kesahnya, dan sebagainya.[2]

Oleh karena itulah keterbukaan itu penting, bahkan terhadap hal sepele, seperti rencana refreshing, hingga masalah yang lebih kompleks, contohnya finansial.

2. Luangkan Waktu untuk Fokus Berdua

Ada perbedaan signifikan ketika masih pacaran, baru menikah, dan punya anak. Perbedaannya terletak pada seberapa banyak waktu luang untuk pasangan. Ketika pacaran dan awal menikah, waktu untuk pasangan cenderung lebih banyak dan intens.

Namun, setelah punya anak dan kesibukan kerja semakin tinggi, mulai menurunlah intensitas waktu berdua. Prof Philip Cowan meneliti bahwa 92% pasangan mengalami konflik setelah memiliki anak. 1 dari 4 keluarga menunjukkan adanya stress berat.[3]

Namun hal tersebut tidak terjadi pada keluarga yang rutin meluangkan waktu Bersama pasangan. Kegiatan sederhana seperti mengecup kening ketika bangun tidur, nonton tv bersama, makan malam bersama, ternyata memiliki efek besar terhadap keharmonisan berpasangan.

3. Hindari Mengambil Keputusan saat Sedang Emosi

Masalah bisa datang kapan saja dan di setiap fase pernikahan, bentuk masalahnya berbeda-beda. Kondisi tersebut tak jarang membuat kesabaran masing-masing pasangan diuji. Ketika sedang capek, ternyata ada masalah rumah, di sinilah emosi harus kamu kendalikan.

Ketika kamu sedang emosi atau capek, terkadang bisa secara tidak sadar melontarkan keputusan atau kata-kata yang menyakiti pasangan. Suasana akan semakin keruh ketika pasangan juga tersulut dan berakhir pada pertengkaran.

Oleh karena itu, kunci hubungan langgeng sampai tua terletak juga pada cara mengontrol emosi. Apabila sedang capek atau tidak berfikir jernih, ada baiknya menyampaikan dan mengagendakan mengobrol di lain kesempatan.

4. Kurangi Sifat Impulsif, Perbanyak Berempati

Ingin hubungan langgeng dan romantis? Cobalah untuk mengurangi sifat impulsif dan lebih banyak berempati. Sifat impulsif adalah kecenderungan merespons stimulus tanpa memikirkan dampaknya terlebih dahulu.[4]

Contohnya ketika melihat uang belanja yang kamu titipkan ke istri habis lebih cepat daripada biasanya. Alih-alih memarahi istri, ada baiknya mengomunikasikannya terlebih dahulu. Mencoba memahami apa kebutuhan belanja, sehingga uangnya lebih cepat habis.

5. Beri Hadiah Kecil di Hari Istimewa

Seberapa sering kamu memberikan hadiah untuk pasangan? Bila sudah mulai jarang, yuk coba rutinkan kembali. Hadiahnya tidak perlu mewah atau mahal, hadiah sederhana seperti memberikan kue saat ulang tahun atau membelikan makanan kesukaan setiap pulang kerja, sudah cukup kok.

Hadiah tersebut memang tidak seberapa, namun di mata pasangan, hadiah tersebut merupakan simbol bahwa ia masih dicintai. Apabila ada budget lebih, sesekali ajaklah jalan-jalan atau liburan. Ini bisa jadi cara menjaga hubungan agar tidak bosan dan tetap sehat.

Begini Cara Menghilangkan Sifat Posesif agar Hubungan Awet

netyres.net

Keinginan untuk mengasihi dan memiliki satu sama lain tentu merupakan hal yang wajar dalam hubungan. Namun, jangan sampai keinginan tersebut membuat Anda menjadi posesif. Sifat ini bisa merugikan kedua belah pihak, jadi ada baiknya Anda mengetahui bagaimana cara menghilangkan sifat posesif.

Cara menghilangkan sifat posesif

Sifat posesif tidak akan membuat hubungan Anda harmonis. Sebaliknya, sifat ini justru bisa membuat pasangan Anda berusaha melarikan diri karena merasa terkekang.

Sebelum terlambat, coba hilangkan sifat posesif Anda dengan melakukan berbagai cara berikut.

1. Pahami penyebab sifat posesif

Penyebab sifat posesif setiap orang bisa berbeda-beda, mulai dari insecurity, kurangnya rasa percaya pada pasangan, hingga trauma.

Cari tahu dahulu apa yang membuat Anda menjadi posesif. Apakah Anda pernah dikecewakan dalam hubungan yang lalu? Atau ada sikap pasangan yang membuat Anda sulit memercayainya?

Setelah mengetahuinya, coba bicarakan hal tersebut dengan pasangan. Siapa tahu, dengan diskusi yang sehat bersama pasangan, Anda bisa menemukan jalan keluarnya.

Sebagai contoh, jika sikap posesif Anda berasal dari insecurity, pasangan Anda bisa meyakinkan bahwa ketakutan tersebut tidak akan berpengaruh dalam hubungan.

2. Jangan turuti emosi sesaat

Saat Anda sesuatu yang memicu sikap posesif dan emosi negatif dari diri Anda, usahakan untuk menenangkan diri Anda terlebih dahulu.

Bertindak gegabah ketika emosi tidak stabil, misalnya ketika cemburu, membuat seseorang cenderung menghasilkan keputusan yang akan disesalinya di kemudian hari.

https://www.salvabrani.com/begini-cara-menghilangkan-sifat-posesif-agar-hubungan-awet/

Ketika kecemburuan dan sifat posesif menguasai, Anda bisa saja langsung ingin memutuskan hubungan saat melihat pasangan Anda berbicara dengan orang lain.

Padahal, bisa jadi apa yang Anda lihat berbeda dengan kenyataannya. Oleh karena itu, berdiskusilah dengan pasangan begitu amarah Anda sudah lebih reda.

3. Tingkatkan rasa percaya diri

Jika insecurity adalah penyebab sifat posesif Anda, cara menghilangkan sifat tersebut adalah dengan mulai meningkatkan rasa percaya diri.

Dengan membangun rasa percaya diri, Anda bisa lebih tenang dalam menjalin hubungan dan tidak bergantung dengan pasangan.

Langkah awal yang bisa Anda lakukan untuk meningkatkan rasa percaya diri adalah dengan menerima kekurangan dan berusaha meningkatkan kemampuan Anda.

5 Tanda Anda Terjebak Dalam Hubungan Asmara yang Tak Sehat

Kisah asmara Anda mengalami masalah? Tidak perlu khawatir, semua orang pasti mengalaminya. Akan tetapi, jika terjadi beberapa hal yang menyebabkan siklus hubungan Anda menjadi tidak sehat dan sudah sepatutnya untuk diwaspadai. Pertama-tama mungkin Anda akan menyangkal bahwa hubungan yang Anda sedang jalani tidaklah sehat. Nah, maka itu pahami dulu apa saja tanda dari hubungan yang […]

4. Fokus pada diri sendiri

Mengutip situs PsychAlive, fokus pada kebutuhan diri sendiri merupakan salah satu cara mengatasi sifat posesif.

Tentu saja ini bukan berarti Anda harus mengabaikan atau berpisah dengan pasangan.

Fokus pada diri sendiri artinya Anda tetap bisa merencanakan pencapaian pribadi di masa mendatang. Dengan begitu, fokus Anda tidak hanya tertuju pada pasangan, tetapi juga value diri sendiri.

Selain membawa kebaikan untuk diri sendiri, menghilangkan sifat posesif juga bisa membahagiakan pasangan. Pasalnya, menghadapi pacar posesif bukanlah hal yang mudah.

5. Bangun kepercayaan dengan pasangan

Kepercayaan merupakan kunci penting dalam hubungan yang sehat dan bahagia. Komunikasi terbuka dan jujur adalah langkah awal membangun kepercayaan bersama pasangan.

Dengan fondasi kepercayaan yang kuat, Anda tidak akan berandai-andai tentang hal buruk yang memang belum tentu terjadi.

Bagaimanapun, perilaku tersebut sering kali membuat seseorang berpikir yang tidak-tidak terhadap pasangannya hingga akhirnya menumbuhkan sifat posesif.

5 Cara untuk Mengembalikan Kepercayaan Pasangan yang Kecewa

Kepercayaan merupakan salah satu kunci penting dalam sebuah hubungan. Maka, penting untuk menjaganya supaya tidak rusak. Belum lagi, terkadang cara mengembalikan kepercayaan pasangan yang sudah kecewa tidaklah mudah. Meskipun susah, bukan berarti Anda bisa membiarkan kepercayaan yang sudah rusak. Sebelum memutuskan untuk mengakhiri hubungan karenanya, penting untuk mengupayakan beberapa cara berikut supaya kepercayaan bisa terbangun kembali. Penyebab […]

6. Pahami kebutuhan satu sama lain

Cara menghilangkan sifat posesif yang selanjutnya adalah dengan memahami kebutuhan satu sama lain. Jangan sampai ada salah satu pihak yang melakukan manipulasi demi tujuan pribadi.

Perlu diingat bahwa selain untuk Anda, pasangan Anda juga membutuhkan waktu untuk keluarga, teman, pekerjaan, dan dirinya sendiri.

Dengan mengedepankan sikap posesif dan mengekang pasangan, Anda justru bisa membuatnya stres dan makin menjauh.

7. Belajar untuk melupakan masa lalu

Pengalaman dikhianati di masa lalu memang bisa membawa trauma untuk hubungan Anda saat ini.

Namun, jangan sampai bayang-bayang tersebut membebani pasangan dengan sifat posesif yang Anda miliki.

Penting untuk diingat bahwa setiap orang memiliki sifat yang berbeda. Pasangan Anda tidak sama dengan mantan Anda dan belum tentu ia akan melakukan kesalahan serupa.

Namun, jika trauma Anda tidak juga menghilang, apalagi membuat hubungan Anda kerap berada di ujung tanduk, tidak ada salahnya untuk meminta bantuan profesional.

Tahukah Anda?

Trauma tidak selalu terbentuk dari hubungan Anda di masa lalu. Anda pun bisa mengalami trauma sekunder dari kejadian buruk yang menimpa orang terdekat.
Contohnya, ketika Anda melihat orang tua atau sahabat dekat yang mengalami pengkhianatan, Anda juga bisa merasakannya.

8. Posisikan diri sebagai pasangan

Meski tidak mudah, cobalah untuk memposisikan diri sebagai seseorang yang menjadi korban sifat posesif.

Apa yang Anda rasakan jika pasangan Anda terus memerhatikan gerak-gerik Anda dan membatasi kebebasan Anda?

Dari situ, Anda bisa melihat bahwa sifat posesif hanya akan membuat seseorang tertekan. Tekanan tersebut justru bisa membuat pasangan Anda berusaha menjauh.

Seseorang yang bersifat posesif sering kali tidak menyadari apa yang telah dilakukannya. Oleh karena itu, penting untuk melakukan evaluasi berkala dengan pasangan.

Dengan demikian, Anda berdua bisa saling mengetahui sifat seperti apa yang merugikan satu sama lain.